Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Padamnya Api Literasi

Coba kita lihat mereka yang sibuk merancang bangunan tinggi menjulang langit. Seakan lupa memugar pikiran dan spiritual yang mulai amburaduk. Padahal isi pikiran adalah awal dari segala peradaban. Peradaan yang maju diasup oleh bacaan bergizi, disuguhkan kultur massa lestarikan tradisi literasi, didukung kebijakan penguasa tumbuhkan budaya baca, meramu peradaban buku dan peradaban umat manusia akhirnya tercipta. Jumlah konsumsi buku menampilkan kondisi negara yang maju. Karna negara disangga basis massa unggul berdaya, melek huruf, hitung angka, mampu baca, dan berkarya sesuai disiplin ilmunya. Ketika peradaban Islam mapan waktu itu, perpustakaan sebagai penyangga melimpah ruah dengan koleksi buku literatur. Profesi pengajar, penyalin, dan penerjemah begitu diminati karna khalifah waktu itu bayarannya dengan tumpukan dirham, berbagai tunjangan dan persinggahan sebagai upah. Maka ilmu pengetahuan pun berbuah. Tapi coba kita lihat saat ini, kisah terdahulu hanyalah kenangan yang berulang

Mendidik tidak pernah mendadak

 Ruang pendidikan tidak pernah menyekat usia, ras, agama, latar akademis, suku, dan jenis kelamin sebagai bagian dari sistem kodratinya. Kebersamaan untuk menjalin benang kesadaran merawat dan merawat kebhinnekaan seyogyanya tidak goyah oleh hasrat memajukan pendidikan. Yang pasti, mendidik tidak pernah mendadak. Harus sampai pada fase paling mendidih dan menggetarkan. Lembaga pendidikan adalah kawah candradimuka. Bukan kapal pengeruk keuntungan dalam hitungan dolar dan cuan. Bukan pula tempat penyemaian mesin paraf pengoreksian gelar serta kehormatan duniawi. Juga arogansi anti kemapanan. Pendidikan adalah jalan doa untuk memahami pangan dan papan sebagai sandangan diri yang butuh selamat dalam hidup dan kelak matinya. Terima kasih, Duhai Para leluhur kami yang ada di surga. Kami muliakan engkau di setiap jejak kaki. Berkahilah negeri yang subur ini...