Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Ibu

Gambar
  Ibu... Kau adalah pohon bagi jiwaku. tempatku brsandar kala lelah dan merindu Rindangmu menyejukkan hati Menghangatkan jiwa dikala panas akan dosa. Ibu... Meski jasadmu kini telah luntur Tapi dirimu tetap terlukis indah dalam jiwaku Ibu.. Kau adalah segalanya untukku Tapi apa yg telah ku beri? Hanya kebodohan dan kekonyolan Yang tidak sebanding dgn kasih sayangmu Ibu.. Membanggakan mu dengan kata-kata Adalah hal yg mudah Tapi entah kenapa aku Terhentak saat ku coba mengadu padamu.... Aku bertanya...? "Mengapa sulit bagiku membuatmu bahagia dalam ketiadaan mu" Ibu.. Mungkin hatimu terluka Krn perbuatanku Tapi.. Ku beranikan diri untuk menuliskan sajak tentangmu Dan ku selipkannya doa-doa Meski  tangan berlumuran dosa. Harapku semoga bukan penghalang bagimu untuk bertemu sang illahi Robbi... Al Fatihah 🙏

Mawar

 Kembang mawar.  Untuk berkembang, manusia seyogyanya berguru keberagaman demi mengembangkan diri dan lingkungannya. Tanpa keterbukaan untuk menerima perbedaan dan ragam macam warna, sebuah bangsa tidak akan harum namanya, tidak akan cemerlang peradabannya. Setangkai mawar bertabur duri. Menandai rintangan serta hadangan berguru kemajemukan. Berbeda butuh tekad dan nekad. Butuh keyakinan serta keberanian. Kuat hati disertai keteguhan, ketangguhan, juga keteguhan. Agar sampai ke tempat yang dituju dengan selamat. Sampai pada yang diupayakan. Keberagaman adalah dasar kejamaahan. Perbedaan adalah energi perkembangan potensi diri. Dalam keberagaman tersirat wajah Tuhan. Itulah mengapa mawar menjadi lambang cinta. Sang Maha Cinta mencipta jalma manungso warna-warni. Mawar.

Jejak Pustaka Tan Malaka (Madilog)

  Ketika kita bicara tentang Republik Indonesia, ada satu nama yang tidak layak untuk dilupakan. Melalui bukunya pada tahun 1925, dia menyampaikan gagasan terkait sebuah Republik yang berdiri di atas tanah airnya. Mendengar peranan pentingnya terhadap Indonesia, aneh apabila namanya seolah disembunyikan dalam timbunan sejarah. Tan Malaka lahir di tanah minangkabau sebagai bayi laki-laki yang bernama Ibrahim, namun nama Tan Malaka itu dia dapatkan dari prosesi adat Minangkabau, yang akhirnya nama Tan Malaka lebih dikenal dan bergaung dalam benak khalayak yang mengagumi perjuangannya. Bersama Sarekat Islam dia menjadi penggerak gerakan rakyat dalam memperjuangkan keadilan dan melawan penindasan dari kolonialisme Belanda. Bagi seseorang yang hidup dengan pikiran yang mesti disebarkan, baik dengan pena, mulut, maupun dengan tindakan, tentunya membutuhkan pustaka yang cukup. Sama halnya dengan seorang tukang batu tidak akan membuat sebuah rumah kalo alatnya seperti semen, batu bata, pasir,