Perenungan

 Terkadang apa yang diharapkan tidak selaras dengan apa yang telah direncanakan oleh sang penguasa takdir. Kebenaran darinya selalu saja mempertentangkan segala perkara yang telah kualami, membuat kepalaku dipenuhi oleh sabda-sabda liar. Seolah-olah kebahagiaan telah mati suri dan jasadnya entah berada dimana, dan kesedihan selalu saja menemukan zona nyamannya. Mungkin saja ia menginginkan lebih banyak kerendahan hati dan kesediaan diri untuk menurunkan keegoisan bahwa hidup tidak selamanya berjalan mulus sesuai apa yang diharapkan. 

Seorang nahkoda tidak akan mampu mengubah arah mata angin, dia hanya bisa mengendalikan kapalnya untuk tetap aman dan berjalan di jalur yang semestinya dia lewati. Yah itu benar, Tuhan memiliki selera humornya sendiri yang dapat membolak-balikkan tatanan hidup. Kini, yang ku miliki hanya ribuan ingatan yang tersusun rapi dalam perpustakaan pikiranku yang sewaktu-waktu dapat saya gunakan untuk meyakinkan diri bahwa untuk memperoleh kearifan tentunya tidak cukup dengan teori belaka. 

Sebatang rokok di tangan yang ku hisap panjang kembali menyadarkanku bahwa hidup ini tidak akan jadi bijaksana, bersih hati, dan bahagia jika hanya sekedar membaca buku-buku petunjuk, tapi harus terjun langsung, berenang atau bahkan hanyut dalam tindakan yang pasti, lalu kembali merenung dan merasakannya sendiri. Seolah-olah hisapan tadi membakar setiap sel dalam otakku. Sebuah pesta dalam pikiranku mengantarkan langkah untuk sejenak menghindar dari rutinitas serta memberi kabar ke alam bawah sadarku bahwa kenyamanan adalah sebuah penjara bagi kebebasan dan merupakan hambatan untuk berkembang.

Ditemani secangkir kopi, ku coba meraba kembali perjalanan yang telah ku lalui, mungkin itu bisa menjadi guru terbaikku saat ini. meskipun saya tidak pernah mendambakan guru yang seperti itu, tapi mereka semua bisa ku pakai dikala sunyi. Mendadak semesta begitu mengesalkan, terasa hampa, kosong, bahkan tidak lagi berirama karena tidak ada lagi toleransi yang bisa saya lihat disana. Takdir telah menuliskannya untuk saya lalui dalam kehidupan ini, hanya diamlah satu-satunya perlawanan terkuat yang bisa saya lakukan saat ini. Hingga secara perlahan pikiranku mulai meredup, batinku menjadi tenang, dalam diam kurasakan ribuan pembelaan yang tidak terdengar oleh telingaku sendiri, tapi mampu menampar kesadaranku. 

Dalam kehidupan yang penuh misteri ini, andai pikiranku adalah rahasia diriku sendiri. maka petunjuknya terletak pada sikapku sendiri. Semua perilaku dapat saya simpulkan sebagai jawaban, dengan gerak-gerik, balasan, dan juga cara seseorang menanggapinya membentuk satu-kesatuan kesimpulan yang harus saya renungkan untuk menemukan kebenaran. Pertemuan terhadap segala sesuatu terus membuka pikiranku dalam memahami setiap pola semesta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya dan Seorang Penari

Filsafat Sebagai Metodologi Berfikir

Black Magic (Kisah Almarhumah mama)