Kehilangan Arah

 Secangkir kopi yang ku teguk dengan penuh nafsu birahi hingga tidak tersisa setetespun. Kopi yang ku nikmati di warung kopi saat kantong tak punya apa-apa lagi selain harapan. Merenungi hidup yang selalu ku puja-puja selama ini, lagi-lagi menyesatkanku di tengah perjalanan. Lelaki yang kebingungan tak mau apa-apa lagi selain masa lalunya yang utuh. saya tidak mendapatkan apapun selain tempat untuk mengenyangkan perut dan bertahan dari kesengsaraan, diriku membatin dan batinku menjadi liar. saya benar-benar larut dalam kebingungan yang menenggelamkanku dalam hidup ini.

Ku coba mempertanyakan hidup, lalu apa gunanya saya hidup hingga detik ini, jika pada akhirnya saya tidak tahu satupun dari diriku sendiri. Dididik oleh seorang laki-laki agar kelak bisa menimbang-nimbang tentang dunia yang dipenuhi oleh topeng kepalsuan, dan dirawat oleh seorang perempuan dengan penuh kesabaran agar kelak bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Tapi hingga saat ini, berguna untuk diri sendiri saja masih sangat sulit rasanya, bahkan untuk menyingkap topeng-topeng kepalsuan yang ada pada diriku sendiri saya tidak tahu harus bagaimana....

Di ujung malam ini saya masih saja seperti ini, mencari jati diri yang membuatku terpuruk sendiri. Keadaan seperti inilah yang selalu membuatku terpuruk dalam hidup ini, bahkan untuk hanya sekedar memberi maaf kepada diri sendiri rasanya begitu sulit. Entah dengan cara apalagi yang harus saya lakukan agar bisa bercumbu dengan diri sendiri untuk menikmati hidup ini, karena akan ada suatu masa atau keadaan dalam hidup ini yang membuat kita menjadi seseorang yang sangat pelit untuk hanya sekedar memaafkan diri sendiri. Keadaan-keadaan tersebut membunuh logika, membungkam mulut dengan banyaknya keresahan yang kita munculkan sendiri. Dibalik kebingungan ini menyimpan pemolakan banyak hal atas apa yang kupikirkan. Saya tidak lagi percaya ibadah dan imanku, juga termasuk konsep cinta, pacaran dan perempuan karena saya pernah dikecewakan oleh semua hal itu. Hingga diriku sendiripun tidak lagi saya percaya, dan membuatku menertawakan semua kelaziman-kelaziman yang ditradisikan oleh masyarakat.

Ku coba memikirkan hidup sebagai tragedi, menertawakannya sebagai lelucon dan menikmatinya sebagai perjalanan, tapi menciptakan teori baru tidak seperti menghancurkan gedung tua dan menggantinya dengan gedung-gedung yang mewah. Ini seperti sebuah perjalanan yang jauh, mendapatkan pandangan baru dan lebih luas, menemukan koneksi antara titik aman dengan hal-hal yang yang tidak terduga. Dan jika perubahan adalah satu-satunya yang pasti, maka kepastian akan dimiliki oleh tindakan yang jelas. Disini, saya dan segala tentang kehidupan ini mencoba bercanda dengan hamparan umur yang tersisa, sedikitpun tidak akan pernah melupakan langkah perjalanan yang telah ku lalui dalam kehidupan ini karena saya percaya bahwa itu sebuah proses yang seharusnya bergerak ke arah yang lebih baik, tentunya dengan cara yang baru untuk menempuh kebaikan tersebut. Kita tidak bisa meminta waktu untuk kembali pada masa-masa suram, tapi yang harus kita lakukan sekarang adalah memperbaiki apa yang tertinggal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya dan Seorang Penari

Filsafat Sebagai Metodologi Berfikir

Black Magic (Kisah Almarhumah mama)