Pendidikan atau Transaksi Bisnis

 Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia agar dapat hidup dan berinteraksi secara sehat. Tapi sampai saat ini pendidikan mengalami kerumitan yang sangat parah, khususnya pada penyusunan kurikulum, tujuan pendidikan, dan lain-lain. Ini dibuat atas dasar kepentingan politisi dan mengarah pada orientasi manusia yang dapat menguasai orang lain.


Bukti konkret bisa kita lihat dengan jelas dalam penguatan kelas para elit dan kelas menengah ke bawah, sekolah dengan kualitas dan sarana yang canggih/mewah hanya bisa dirasakan oleh kaum ber-uang, dan sebaliknya. Sekolah dengan sarana yang kurang memadai dikunyah oleh mereka yang tingkat ekonominya rendah.

Sekolahan sudah menerapkan dan menguatkan keadaan dominator kelas mampu terhadap kelas dibawahnya sebelum istilah kaum Borjuis muncul sebagai pembeda kelas. Akhirnya, eksistensi kompetisi sekolah dan murid didalamnya menjadi dasar realitas bahwa pendidikan telah menjelma kekuatan kapitalistik.

Kapitalisme menempatkan hidup dalam hubungan jual-beli atau bayar-membayar.

Proses pendidikan yang tadinya adalah usaha memanusiakan manusia berubah menjadi transaksi bisnis atau meraih keuntungan. Tentunya, interaksi guru dan murid juga berubah menjadi penjual-pembeli. Maksudnya, guru mengajar hanya demi mendapatkan keuntungan dari apa yang diusahakan, sementara murid berusaha mendapatkan dari apa yang telah dibayar. Pendidikan berlangsung karena ada traksaksi ekonomi.

Bahkan beberapa lembaga pendidikan yang menggunakan kata "Islam" bersifat elitis dan memisahkan golongan atau sangat kapitalistik. Didalamnya hanya dapat diakses oleh orang-orang dengan ekonomi yang memadai dan menghancurkan harapan serta semangat belajar bagi mereka yang tidak mampu membeli tiket pendidikan.

Padahal yang harus dijunjung tinggi dan menjadi dasar dalam pendidikan adalah kesetaraan dan keadilan. Sehingga setiap individu berhak memperoleh ilmu tidak berlandaskan kelas ekonomi, tapi usaha kesadaran untuk mengenali dan mendapatkan pelajaran. Yang membuat peserta didik dapat membentuk lingkungan, bukan sebaliknya. Dan mempunyai kesadaran serta kreatif untuk menjadikan bumi sebagai tempat yang damai.

Tapi yang terjadi sekarang sangatlah miris, peserta didik dalam pendidikan justru dituntut untuk mengungguli peserta didik lainnya dengan prestasi akademik semata. kondisi seperti ini terus terjadi, sehingga orang-orang menjadikan keunggulannya untuk menindas orang-orang yang diunggulinya. Akhirnya, mereka yang memiliki kompetensi tertentu dan spesialis pada bidang tertentu akan mendapatkan bayaran yang lebih mahal, walaupun tidak banyak memberikan kontribusi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya dan Seorang Penari

Filsafat Sebagai Metodologi Berfikir

Black Magic (Kisah Almarhumah mama)