Ilmu Pengetahuan

 "En arche en ho logos (Pada awalnya adalah yang terbaca dan menjadi pengetahuan)."

Kalimat tersebut menjelaskan awal terbentuknya alam semesta, yang sejatinya merupakan logos atau rangkaian tanda yang terbaca dan menjadi pengetahuan bagi manusia. Tanda memiliki banyak bentuk, mulai huruf, angka, kata, obyek, nada, gerak, dan lain-lain. Kapasitas manusia bertahan dikehidupannya, berkaitan erat dengan kapasitasnya membaca tanda dan menjadikannya sebagai pengetahuan. Barangkali, itulah mengapa perintah bagi manusia adalah Iqra (Bacalah!). Maka kecerdasan sesungguhnya tidak lepas dari kemampuan individu membaca berbagai tanda di kehidupannya dan menjadikannya sebagai pengetahuan bagi kelangsungan dan perkembangan hidupnya.

Ibnu al Zubair pernah berkata: "Bahwasanya Abu Bakar pernah mengirimkan surat kepadaku, ketika itu aku sedang di Iraq. isi suratnya adalah:"Wahai anakku, berpegang teguhlah pada ilmu pengetahuan, karena ketika engkau menjadi miskin, maka ilmu itu akan menjadi harta dan ketika engkau menjadi orang kaya, maka ilmu itu akan menjadi perhiasan."

Diantara semua makhluk ciptaan, satu-satunya yang disuruh menuntut ilmu adalah manusia. Dan segala karakter-karakter yang dimiliki manusia itu memiliki kesamaan dengan hewan, misalnya kuat, takut, belas kasih, dan lain-lain, kecuali ilmu. Oleh karena itu, mereka yang tidak suka mencari ilmu berarti dia sudah bosan menjadi manusia karena karakter khususnya manusia adalah ilmu. Ilmu itu sangat mulia, bahkan zatnya sendiri sudah mulia tanpa memandang obyeknya. Hal ini dikarenakan ilmu itu kebalikan dari kebodohan dan ilmu itu makanan bagi jiwa. Meski demikian, kemuliaan ilmu juga berhubungan dengan kemuliaan obyek pengetahuan, dan obyek pengetahuan yang paling baik dan paling tinggi adalah ALLAH. Oleh karena itu, niat kita dalam mencari ilmu adalah mencari ridho Allah dan memerangi kebodohan. Disamping itu, Gandengannya ilmu adalah amal, jadi tidak bisa dikatakan ilmu jika tidak ada amal. Ilmu tidak bisa sekedar pencitraan karena ilmu itu sifat yang melekat pada manusia, dalam kondisi yang jelas. Ibnu al Mubarat ra. berkata:"seseorang itu masih dianggap pandai selama ia mencari ilmu. Apabila ada orang yang menganggap bahwa dirinya pandai, maka ia benar-benar telah bodoh". "I know that i am intelligent, because i know that i know nothing", Sokrates.

Banyak para pencari ilmu tidak mendapat manfaat dari ilmunya berupa pengalaman dari ilmu tersebut. Hal itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu yang salah, dan syarat-syaratnya mereka tinggalkan. Barangsiapa yang salah jalan, tentu akan tersesat dan tidak dapat mencapai tujuan. Hasan al-Basri pernah berkata:"Siksaan ilmu pengetahuan adalah hati yang mati, kemudian ia ditanya:"Apa yang dimaksud hati yang mati?", ia menjawab:"matinya hati adalah pencari harta dunia dengan menggunakan perbuatan-perbuatan akhirat".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya dan Seorang Penari

Filsafat Sebagai Metodologi Berfikir

Black Magic (Kisah Almarhumah mama)