Ahli Bahasa atau Language Collector?

 


"Manusia yang belum tercerahkan secara keliru menganggap bayangan di dinding gua sebagai benda yang sejati. Dengan bahasa yang berbeda dapat dikatakan mereka ini keliru menganggap fenomena sebagai sesuatu yang sebenarnya. Plato"

Sebelum belajar bahasa, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan. Dalam belajar bahasa, terdapat 2 tujuan yaitu pertama untuk jadi ahli bahasa dan kedua saya menyebutnya dengan istilah language collector.

Jika tujuannya hanya untuk jadi language collector, maka pemahaman kita tentang bahasa hanya sebatas pada pengertian bahwa bahasa itu sebagai alat komunikasi, atau bahasa adalah suatu sistem bunyi yang memiliki makna dan sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kesepakatan penggunanya. Language collector hanya sekedar belajar berbicara dan menghafal pola urutan kalimat S + V + O, S + V + O + Adv, O + V + S, dan seterusnya, maka batas bahasanya hanya sebatas mempelajari pola-pola yang kaku dan terstruktur.

Di era saat ini, sedang marak-maraknya language collector karena tuntutan zaman katanya dan para pemiliki modal melihat hal ini sebagai peluang bisnis sehingga tercipta kapitalisasi bahasa ditandai dengan lahirnya beberapa Lembaga-lembaga kursusan pembelajaran bahasa yang hanya mementingkan modal atau keuntungan dengan mengabaikan sisi pendidikannya. Dalam kasus ini, budaya dalam Pendidikan mengalami pergeseran fungsi, yang tadinya sebagai wadah transfer ilmu dan pengetahuan, beralih ke transaksi bisnis. Para peserta didik masuk kelas bukan lagi untuk belajar, melainkan hanya karena telah membayar mahal.

Bagi ahli bahasa, bahasa tidak hanya sebatas alat komunikasi, interaksi, atau sistem bunyi. Tapi, bahasa melingkupi seluruh kehidupan di dunia, bahkan mungkin menjadi titik awal dan akhir manusia. Kehidupan manusia diawali oleh bahasa, yaitu “kun fayakun”. Dalam ijab Kabul juga diawali oleh bahasa, sehingga dalam hal ini, manusia telah hidup di bawah belas kasih bahasa cinta dan bahasa Tuhannya.

Bahasa juga merupakan identitas diri, seperti bahasa Bugis, Jawa, Mandar, dan lain-lain. Bahasa juga membentuk ideologi sosial, sehingga dalam kehidupan manusia terjadi pergulatan beberapa ideologi. Misalnya iklan rokok “rokok membunuhmu”. Hal ini adalah pergulatan ekonomi antara perusahan farmasi barat dengan perusahan rokok. Wacana rokok membunuhmu bisa diyakini sebagai kebenarannya oleh masyarakat umum tergantung dari kekuasaan pada masanya. Dan karena perusahaan farmasi barat memiliki kemajuan yang begitu pesat dibidang sains dan berbagai bukti-bukti empiriknya disbanding perusahaan rokok, maka rokok membunuhmu menjadi sebuah pengetahuan tunggal dalam masyarakat. Contoh lainnya dalam iklan-iklan, dikatakan bahwa perempuan yang cantik adalah yang berkulit putih, langsing, berambut panjang, dan lain-lain, hingga menjadi sebuah pedoman umum tentang kriteria kecantikan dan yang tidak masuk dalam kriteria tersebut dibuat menderita dan tersiksa oleh tubuhnya setiap kali mereka bangun dari tidurnya. Dalam hal ini, Bahasa adalah senjata, yang mana pengetahuan tersebut ditentukan oleh kekuasaan pada masanya.

Batas bahasa seseorang adalah batas dunianya.

Ahli bahasa melihat bahasa dalam kacamata yang lebih luas dibandingkan language collector. Bagi ahli bahasa, bahasa adalah kunci segala sesuatu, sehingga dengan mempelajari bahasa berarti belajar tentang hidup. Aku berbahasa, maka akua da.

Dan memang benar bahwa untuk meruntuhkan sebuah bangsa/negara, maka hancurkan pemudanya. Tapi jika ingin lebih daripada itu, maka hancurkan bahasanya.

Di dalam tubuh bahasa terdapat Rahman dan Rahim Tuhan, di sisi lain juga terdapat senjata para iblis. Di dalam diri manusia terdapat bahasa, maka belajar bahasa juga merupakan belajar tentang konsep diri. Maka barangsiapa yang mengenal bahasanya akan mengenal dirinya.

Seorang ahli bahasa tidak mesti mampu berbicara dalam beberapa bahasa, dan orang yang mampu berbicara dalam beberapa bahasa belum tentu ahli bahasa. Sehingga guru bahasa yang merupakan ahli bahasa akan mengajar lebih luas tentang hidup disamping belajar berbicara menghafal pola-pola.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya dan Seorang Penari

Filsafat Sebagai Metodologi Berfikir

Black Magic (Kisah Almarhumah mama)