Postingan

Ahli Bahasa atau Language Collector?

Gambar
  "Manusia yang belum tercerahkan secara keliru menganggap bayangan di dinding gua sebagai benda yang sejati. Dengan bahasa yang berbeda dapat dikatakan mereka ini keliru menganggap fenomena sebagai sesuatu yang sebenarnya. Plato" Sebelum belajar bahasa, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan. Dalam belajar bahasa, terdapat 2 tujuan yaitu pertama untuk jadi ahli bahasa dan kedua saya menyebutnya dengan istilah language collector. Jika tujuannya hanya untuk jadi language collector, maka pemahaman kita tentang bahasa hanya sebatas pada pengertian bahwa bahasa itu sebagai alat komunikasi, atau bahasa adalah suatu sistem bunyi yang memiliki makna dan sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kesepakatan penggunanya. Language collector hanya sekedar belajar berbicara dan menghafal pola urutan kalimat S + V + O, S + V + O + Adv, O + V + S, dan seterusnya, maka batas bahasanya hanya sebatas mempelajari pola-pola yang kaku dan terstruktur. Di era saat ini, sedang mar

Black Magic (Kisah Almarhumah mama)

Perkembangan zaman yang semakin pesat serta modernitas tidak membuat beberapa suku di Indonesia melupakan adat dan tradisi leluhurnya. Seperti Bugis, Mandar, Kajang, dan sebagainya. Yang mana suku-suku tersebut juga dikenal dengan Black Magicnya atau yang umum dikenal dengan istilah santet atau guna-guna atau doti yang begitu mengerikan. Umumnya santet dikirim oleh seseorang karena persoalan pribadi seperti dendam atau masalah lainnya. Doti juga bisa dikirim dari jarak jauh, bahkan bisa melahap beberapa korban sekaligus dan membuat korbannya menderita suatu penyakit yang tidak bisa dipecahkan oleh dokter ahli apapun atau bahkan membuat korbannya menderita hingga meninggal dunia. Mungkin banyak tidak percaya hal-hal gaib tersebut, termasuk saya. Awalnya saya tidak meyakini adanya hal tersebut, tapi setelah kejadian 2012-2016 saya akhirnya percaya. Yah, setelah menyaksikan fenomenanya secara langsung membuat keyakinan saya berubah. Kejadian ini terjadi ketika saya masih duduk di bangku

Bersikap Dewasa || Jaahilisme

Gambar
  "Suruh anjing dalam dirimu berhenti menggonggong." Dewasa itu bukan soal umur, bukan juga tentang sekolah tinggi-tinggi, punya kerja mapan, sukses atau kaya, juga bukan mengenai jenis kelamin, jumlah gigi, eksistensi duniawi, maupun pangkat sosialnya, bukan mengenai tampilan fisik, bukan persoalan intelejensi dan religiusitas seseorang, walaupun mungkin saha sedikit ada korelasinya dengan spiritualitas seseorang, tapi dewasa itu adalah sikap mental yang merupakan persoalan ilmu hidup. Jadi, jangan kait-kaitkan kasus kedewasaan seseorang dengan urusan tua-muda, laki-perempuan, atasan-bawahan, pemerintah-rakyat, penjual-pembeli, dosen-mahasiswa, supir-penumpang, dan seterusnya, karena dewasa itu kemantapan sikap, psikologi kepantasan, kematangan pola pikir, pengetahuan ilmu tentang batas. Lagi-lagi bukan masalah seberapa lama dia hidup, tapi seberapa banyak kehidupan yang ia lulusi dengan predikat rhodiyatun mardhiyyah dan rahmatan lil'alamin. Dimensi dimana ia pergi-pula

Ilmu Pengetahuan

Gambar
  "En arche en ho logos (Pada awalnya adalah yang terbaca dan menjadi pengetahuan)." Kalimat tersebut menjelaskan awal terbentuknya alam semesta, yang sejatinya merupakan logos atau rangkaian tanda yang terbaca dan menjadi pengetahuan bagi manusia. Tanda memiliki banyak bentuk, mulai huruf, angka, kata, obyek, nada, gerak, dan lain-lain. Kapasitas manusia bertahan dikehidupannya, berkaitan erat dengan kapasitasnya membaca tanda dan menjadikannya sebagai pengetahuan. Barangkali, itulah mengapa perintah bagi manusia adalah Iqra (Bacalah!). Maka kecerdasan sesungguhnya tidak lepas dari kemampuan individu membaca berbagai tanda di kehidupannya dan menjadikannya sebagai pengetahuan bagi kelangsungan dan perkembangan hidupnya. Ibnu al Zubair pernah berkata: "Bahwasanya Abu Bakar pernah mengirimkan surat kepadaku, ketika itu aku sedang di Iraq. isi suratnya adalah:"Wahai anakku, berpegang teguhlah pada ilmu pengetahuan, karena ketika engkau menjadi miskin, maka ilmu itu ak

Akal, Indra, dan Intuisi sebagai Instrument Pengetahuan

 Akal dengan metode rasionalnya diakui memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu. Dalam wilayah kajian metafisika misalnya, akal itu banyak tidak berdaya disini, sehingga produk akal dalam hal ini sering disebut sebagai pemikiran spekulatif. Sementara itu, Indra yang dinomor-satukan dalam pengamatan atau penelitian empiris, ternyata lebih sempit lagi wilayahnya dibandingkan akal. Hal ini dikarenakan indra hanya mampu berhubungan dengan apa yang dilihat, di dengar, dicium, diraba, dan dirasa. Indra tidak lagi berdaya dalam menghadapu hal-hal di luar semua itu. Sedang akal masih bisa berabstraksi, meskipun seringkali dalam bentuk spekulatif terhadap hal-hal metafisik. Keterbatasan-keterbatasan akal maupun indra itu ternyata tidak berlaku bagi intuisi. Dengan berpijak pada intuisi yang sumbernya merupakan suara qalbu dan dipercaya berasal dari pemberian Tuhan secara langsung, memiliki wilayah yang tidak terbatas, misalnya Laduni. Hal ini tidak mengherankan karena sumber pengetahuannya a

Alebbireng

Banggalah dengan identitas kebudayaan yang kita miliki, apapun suku dan budayanya. Dan juga bukalah mata, hati, dan pikiran terhadap perbedaan-perbedaan dan keragaman yang disajikan dalam ruang publik yang semakin terbuka lebar beserta kekuatan daya larut interaksinya. Pemahaman akan kebudayaan kita yang terpatri sebagai jati diri itu, pada akhirnya akan menjadi jati diri yang bermartabat atau dalam bahasa Bugis kita kenal dengan istilah "Alebbireng" sebagai fitrah manusia yang sesungguhnya. Alebbireng tidak akan luntur meski dibenamkan dalam lumpur. Ia akan tetap cemerlang dengan pijar cahaya yang menerangi sekelilingnya dengan kesederhanaan dan kemurahan hati. Adat-istiadat bukan hanya tentang kebaikan hati, melainkan tata cara agar semuanya menjadi lebih baik.

Transformasi Budaya di Pedesaan

Gambar
“Warisan kita berbicara tentang akar bangsa kita.” “Simpan warisan itu dari kerusakan, karena itu adalah aset paling berharga.” “Banggalah dengan warisan kebudayaan yang kita miliki, karena ada banyak hal yang ditawarkan.” Transformasi budaya adalah proses perubahan budaya. Transformasi budaya saat ini dipercepat dengan adanya proses globalisasi, yang mana globalisasi merupakan suatu gejala perkembangan kebudayaan internasional yang memasuki dan mengikutsertakan masyarakat diberbagai belahan bumi ini dengan kebudayaan dunia tersebut. Sayangnya, kebudayaan internasional itu sangat didominasi oleh kebudayaan-kebudayaan negara-negara maju saat ini yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau yang kita kenal dengan istilah IPTEK, terlebih khusus negara-negara industri. Hal ini dikarenakan negara-negara tersebut menguasai informasi di berbagai belahan dunia karena dibantu oleh penguasaan teknologi informasi, teknologi komunikasi, dan teknologi transportasi. Sifat kebudayaan global ini